Facebook

Minggu, 02 Juli 2017

Psikologi Sekolah

Psikolog sekolah adalah profesional terpercaya yang utama tujuannya adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah belajar dan perilaku untuk memperbaiki sekolah terkait masalah dan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan anak-anak di sekolah-sekolah umum Untuk mencapai tujuan ini psikolog sekolah menyediakan jasa untuk anak-anak, guru, orang tua, masyarakat lembaga, dan sistem sekolah itu sendiri. berurusan dengan mengidentifikasi anak-anak dalam sistem sekolah yang berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi pendidikan untuk usia serta anak-anak yang menunjukkan pola perilaku tertentu seperti ADHD, disleksia atau hambatan pidato. Perhatian juga diberikan kepada anak-anak yang cacat mental atau fisik. Psikolog sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak

Peran Psikolog Sekolah : 

  1. Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa. 
  2. Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental. 
  3. Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.  
  4. Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.Terlibat dalam pencegahan krisis dan layanan intervensi.
  5.  Dapat melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas.

Peran psikolog sekolah dengan siswa untuk: 
  • · Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku 
  • · Meningkatkan prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran
  • · Mempromosikan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri, dan optimisme
  • · Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang

Peran psikolog sekolah dengan siswa dan keluarganya untuk: 

  • · Konsultasi dengan orang tua untuk membantu dalam memahami pembelajaran dan penyesuaian proses anak-anak. 
  • · Mengajarkan keterampilan orangtua, strategi pemecahan masalah, penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat.
  • · Mengidentifikasi dan alamat belajar dan masalah perilaku yang mengganggu dengan keberhasilan sekolah
  • · Evaluasi kelayakan untuk layanan pendidikan khusus (dalam sebuah tim multidisiplin)
  • · Dukungan siswa sosial, emosional, dan perilaku kesehatan
  • · Mengasuh, Mengajar,dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah
  • · Membuat arahan dan membantu mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas

Peran psikolog sekolah dengan guru untuk:  

  • · dengan guru di pembangunan dan implementasi kelas metode dan prosedur dirancang untuk memfasilitasi murid belajar dan untuk mengatasi belajar dan gangguan perilaku.
  • ·   Membantu pendidik dalam melaksanakan suasana yang aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah.
  • ·  Mengidentifikasi dan menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar
  • · Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa
  • · Desain dan intervensi akademis dan perilaku melaksanakan
  • · Mendukung instruksi individual efektif
  • · Memotivasi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran

Peran psikolog sekolah dengan administrators untuk: 
  • · Konsultasi dengan sekolah administrator tentang sesuai tujuan belajar untuk anak-anak, perencanaan pembangunan dan perbaikan program untuk murid di reguler dan program-program sekolah khusus, dan pengembangan pendidikan eksperimentasi dan evaluasi. 
  • · Mengumpulkan dan menganalisa data yang berhubungan dengan perbaikan sekolah, hasil siswa, dan persyaratan akuntabilitas
  • · Melaksanakan program-program pencegahan sekolah-lebar yang membantu mempertahankan sekolah positif iklim kondusif untuk belajar
  • · Mempromosikan sekolah kebijakan dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan di sekolah, bullying, dan pelecehan
  • · Menanggapi krisis dengan menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan masyarakat yang dibutuhkan.

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam praktiknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB. Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.
Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.
Pemerintah sebenarnya ada kesempatan memberikan perlakuan yang sama kepada Anak Indonesia tanpa diskriminasi. Coba renungkan kalau bisa mendirikan SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri untuk anak bukan ABK, mengapa tidak bisa mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri bagi ABK. Hingga Juni tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah dan DIY baru Pemerintah Kabupaten Cilacap yang berkenan mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri masing-masing berdiri sendiri sebagai satuan pendidikan formal. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cilacap tidak mempermasalahkan kewenangan siapa pengelolaan satuan pendidikan khusus, akan tetapi semata-mata didasari oleh kebutuhan masyarakat sebagai warga negara yang berdomisili di wilayahnya.

Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah , mulai dari jenjang TK, SD, SLTP Sampai dengan SMA.
Pada kasus gangguan pendengaran, pendidikan inklusi ini adalah kelanjutan dari model terapi mendengar (Auditori Verbal Terapi) yang telah dilakukan pada anak gangguan pendengaran pada usia dini. Dengan dasar-dasar pendengaran yang lebih baik, pelayanan terhadap pendidikan yang harus diberikan juga semestinya lebih terpadu dan terarah. Pelayanan ini dalam rangkaian usaha pendidikan inklusi bagi anak dengan gangguan pendengaran akan lebih baik jika melakukan pendekatan model Natural Auditory Oral.
Tujuan dari dari pendidikan inklusi bagi anak gangguan pendengaran ini antara lain
• Adanya kebutuhan untuk bersosialisasi dan berintegrasi dengan anak sebaya di sekolah maupun di dalam lingkungan rumah
• Adanya optimisme keluar dari problem komunikasi bagi anak gangguan mendengar, dengan penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik.
• Penghayatan dan menumbuhkan rasa empati dari kalangan anak normal terhadap anak berkebutuhan khusus.
Penanganan Anak Gangguan Pendengaran
• Pemberian Intervensi dini/awal yaitu memberikan layanan deteksi dini, diagnosa, konsultasi, fasilitator dan penyediaan Alat Bantu Dengar dan Implant Coachlea, perawatan dan servisnya.
• Program habilitasi dengan menitikberatkan pada perbaikan cara komunikasi anak dengan menggunakan pendengaran sebagai titik tolak dalam berinteraksi dengan lingkungan luar anak.
• Program pelayanan pendidikan terpadu, memberikan penyetaraan pada sekolah khusus untuk dipersiapkan pada jalur pendidikan reguler.
Memberikan assesment awal pada anak yang telah masuk pada sekolah regular dengan pendampingan sebagai guru kunjung.

Pedagogi dan Andragogi

      • andragogi
Andragogi adalah antonim atau kata yang berlawanan makna dengan pedagogi. Dalam pedagogi muncul kekhawatiran dengan transmisi konten, sementara pada andragogi fokus perhatian pada bagaimana memfasilitasi akuisisi konten. Andragogi adalah teori yang menjelaskan metode spesifik yang harus digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Sebagai antonym pedagogi, praksis andragogy didasari atas asumsi seperti berikut ini.

Baik secara konseptual maupun praktikal, andragogi berlaku bagi segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill) seperti pengembangan manajemen. Dengan demikian aplikasi andragogi berlaku diruang-ruang khusus, pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan profeesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional, dan lain-lain. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan seperti berikut ini.
a. Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan, misalnya perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
b. Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
c. Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus, memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.


    • Pedagogi
istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar. Paedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara mengajar di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang wajib bagi mereka yang ingin menjadi guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas, pedagogi melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan bilik darjah, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar.
Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiranSocrates. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum. Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Tidak ada masyarakat yang bersifat statis, atau yang tidak mengalami perubahan. Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari karena akan memberi beberapa manfaat:
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan di capai.
2. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh di lakukan, walau teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.
3. Dapat di jadikan sebagai tolak ukur, sampai di mana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.

      Tetapi pedagogi juga perlu dipelajari bahkan jika bisa untuk setiap orang, tanpa terbatas pada identitas sebagai calon guru. Karena sebenarnya kita semua akan atau mungkin anda yang telah memiliki keluarga telah menjadi seorang pendidik. Saya menyadari dan mengetahui pada dasarnya manusia mempunyai naluri untuk mendidik tanpa mempelajari teori, buktinya banyak orang tua berhasil mendidik anak mereka sampai kesuksesan, tanpa mempelajari pedagogik, namun teoripun lahir dari praktek di lapangan. Tetapi menguasai keduannya akan lebih bagus.

Minggu, 09 April 2017

Laporan Observasi Psikologi Pendidikan-Manajemen Kelas-TK Sutomo 2

LAPORAN OBSERVASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“MANAJEMEN KELAS”







Fajri zahara                     16-088
Fadhil Al-Rasyid             16-103
Syifa A. P.                       16-115
Rani Prolina                    16-127
Larasati                           16-132
Anthony Suyapmo         16-138
Farah Mutia                     16-151


Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara

2017

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Pendidikan sudah diterapkan dari masa nenek moyang manusia. Tidak ada kata terlambat dalam menempuh pendidikan. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Ada beberapa pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan bisa saja bermula dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.Pendidikan bisa diperoleh baik secarah formal dan nonformalPendidikan Formal diperoleh dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementerian suatu negara. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia (Peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain (mengamati dan mengikuti).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan , yang berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Bab 2 Landasan Teori
2.1 Mengelola Kelas Secara Efektif
           Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator, dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam kelas.
2.2 Masalah-Masalah pada Kelas yang Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø  Ruang kelas itu multidimensional, ruang kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
Ø  Aktivitas terjadi secara bersamaan, banyak aktivitas kelas terjadi secara bersamaan.
Ø  Hal-hal terjadi dengan cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
Ø  Peristiwa sering kali tidak dapat diprediksi, meskipun sudah merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga tetap akan terjadi.
Ø  Hanya ada sedikit privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang apa yang terjadi.
Ø  Ruang kelas memiliki sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen kelas. 
Sifat kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).
2.3 Strategi dan Tujuan Manajemen
            Manajemen kelas yang efektif bertujuan untuk:
Ø  Membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas yang baik akan membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar siswa.
Ø  Mencegah siswa mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus diterima oleh siswa.
2.4 Gaya Penyusunan Ruang Kelas
Ø  Gaya Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak kemana pun didalam ruangan.
Ø  Gaya berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain. Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
Ø  Gaya off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
Ø  Gaya seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
Ø  Gaya kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
              2.5 Menjadi seorang komunikator yang baik
                  2.5.1 Komunikasi Verbal    
Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana orang-orang menghadapi konflik.
2.5.2 Komunikasi Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan, menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.
2.6 Menangani Perilaku Bermasalah
           Intervensi bisa dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
      Kekerasan adalah persoalan utama yang semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk emnghindari argument atau konfrontasi emosional.


1.   Rundown Kegiatan Observasi  (Jum’at, 31 Maret 2107)
·         07.45 s/d 08.00: Berdiskusi dengan dewan pengajar sebelum melakukan observasi.
·         08.00 s/d 08.15: Dewan pengajar membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa mandarin.
·         08.15 s/d 08.30: Dewan pengajar memeberikan latihan pada siswa
·         08.30 s/d 09.15: Dewan pengajar membimbing siswa bernyanyi dan berbicara menggunakan bahasa indonesia.
·         09.15 s/d 09.30: Istirahat.
·         09.30 s/d 10.00: Tim observasi memberikan games kepada siswa.
·         10.30 s/d 11.00: Tim observasi memberikan beberapa pertanyaan pada siswa.
·         11.00                 : Selesai

2.   Sistematika Observasi
Kelompok tiba di TK Sutomo 2 pada pukul 07.40dan langsung menuju ruang kepala sekolah untuk melakukan diskusi dan meminta izin pemakaian kelas dengan tujuan untuk dapat melakukan sebuah observasi sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar di sekolah.
·          Pukul 08.00 anak-anak sudah duduk rapi didalam kelas dan siap untuk belajar. Kelas dipimpin oleh dua dewan pengajar, salah seorang dewan pengajar membuka kelas dengan bernyanyi menggunakan bahasa mandari yang sepertinya sudah sangat dihafal oleh para siswa, karena mereka dapat mengikuti nyanyian dewan pengajar tersebut dengan baik.   

Dewan pengajar tersebut kemudian mengeluarkan buku panduan yang dimiliki semua siswa, lalu membimbing para siswa untuk mengeja menggunakan bahasa mandarin dengan alat bantu gambar yang sudah tersedia di buku panduan tersebut. Setelah itu dewan pengajar menjelaskan maksud gembar tersebut dengan metode cerita, adapun topik yang dibahas di bukunpanduan tersebut mengenai petir.
Setelah itu dewan pengajar kembali mengajak siswa untuk bernyanyi, tetap menggunakan bahasa mandarin, yang juga sudah dihafal dengan baik oleh para siswa.
·         Pukul 08.15 para siswa diberi latihan menulis dengan tulisan sambung seperti yang dicontohkan oleh dewan pengajar dipapan tulis. Setelah itu dewan pengajar juga memberika latihan menghitung kepada para siswa.
·         Pukul 08.15 para siswa diberi latihan menulis dengan tulisan sambung seperti yang dicontohkan oleh dewan pengajar dipapan tulis. Setelah itu dewan pengajar juga memberika latihan menghitung kepada para siswa.
·         Pukul 08.30  anak-anak sudah siap melakukan latihan yang diberikan oleh dewan pengajar. Kelas kemudian dipimpin oleh dewan pengajar untuk bernyanyi, namun kali ini menggunakan bahasa indonesia akan tetapi beberapa siswa masih kesusahan untu mengikuti dikarenakan beberapa dari mereka menggunakan bahasa mandarin sebagai bahasa dasar dilingkungan keluarga mereka, akan tetapi tidak ada kendala yang sangat berarti karena beberapa murid yang mampu mengikuti dengan baik tetap bersemangat bernyanyi sehingga menutupi kekuranagn dari teman-temannya yang tidak lancar.
Kelas ini sangant cocok dijadikan sebagai contoh kelas multikultural, dikarenakan aanya perbedaan suku dan ras baik diantara dewan pengajar dan siswa, akan tetapi kelas tetap berjalan dengan baik tanpa membedan ras yang satu dengan ras yang lain, bahkan siswa mampu dalam beradaptasi dengan kehadiran tim observasi sekalipun berasal dari ras ataupun suku yang berbeda dengan siswa tersebut. Akan tetapi para siswa tetap mau bermain bersama personel dari tim observasi.
Setelah bernyanyi dewan pengajar bantuan buku panduan mengajak siswa untuk mengeja menggunakan bahasa indonesia, dengan tema yang sama yaitu petir, dan dengan metode yang sama juga. Hal ini juga membantu tim observasi yang tidak bisa berbahasa mandarin memahami apa yang diajarkan dewan pengajar pada sesi pertama kepada siswanya. Dan hali ini sekaligus membantu melatih para siswa yang masih belum terbiasa menggunakan bahasa indonesia.  Kemudian kelas kembali dilanjutkan dengan bernyanyi yang dipandu oleh dewa pengajar, tetap menggunakan bahasa indonesia.
·         Pukul 09.15 siswa beristirahat dan memakan bekal-bekal yang telah dibawa mereka dari rumah. Beberapa siswa ada yang disediakan oleh sekolah.
·         Pukul 09.30 siswa yang sudah selesai makan sudah bersiap untuk melanjutkan pelajaran. Kali ini tim observasi dipersilahkan oleh dewan pengajar untuk memimpin kelas, dan kesempatan ini tim observasi gunakan untuk memeberikan games. Dimana sebelum games dimulai tim observasi memnjanjikan hadiah bagi pemenang games.
Tujuan diadakan games adalah, (1) untuk melihat jiwa kompetitif para siswa terkait dengan hadiah yang diperebutkan, yang mana tim observasi mengiming-imingi siswa dengan coklat. (2) untuk melihat jiwa kejujuran yang ada pada siswa, yang mana tim observasi mempersilahkan siswa yang gagal untuk tidak mengikuti babak selanjutnya, tanpa diperintahkan oleh tim observasi.
Games dimulai dengan salah seorang tim dari tim observasi meminta siswa untuk berdiri dan kemudian menjelaskan games yang akan dimainkan, yakni games ‘Topi Saya Bundar”. Games dilakukan dengan menyanyikan lagu topi saya bundar dengan gerakan yang sudah diperagakan oleh tim observasi, akan tetapi pada saat bernyanyi tim observasi yang memimpin games akan memeperagakan gerakan yang salah. Apa bila ada siswa yang melakukan gerakan yang salah maka tim observasi akan mempersilahkan yang salah untuk duduk. Kemudian games dilanjtkan dengan siswa yang masih bertahan.
Beberapa siswa yang gagal tidak mau untuk duduk dikarenakan dua hal (1) siswa tidak mengerti dengan games yang dimainkan, yang diketahui dari raut wajah siswa yang kebingungan selama mengikuti games. (2) siswa menginginkan hadiah tersebut, yang diketahui dari aktifnya siswa mengikuti games akan tetapi ketika ia salah ia tak mau untuk duduk. Games diakhiri dengan pemberian hadiah kepada beberpa siswa yang mampu bertahan.
·         Pukul 10.30 tim obervasi melanjutkan kesempatan yang diberikan oleh dewan pengajar dengan memberikan quiz berupa teka-tekiguna melatih critical thinking mereka. Quiz yang diberikan berkaitan dengan buah-buahan dan hewan, dimana tim observasi yang memberikan quiz menjelaskan ciri-ciri dari buah atau hewan tersebut. Kemudian meminta siswa yang mengetahui jawabannya untuk mengangkat tangan sebelum menjawab. Siswa yang menjawab dengan benar kali ini diberi hadiah permen.
Siswa yang dalam kesempatan sebelumnya gagal mendapatkan coklat sangat antusias untuk menjawab teka-teki yang diberikan oleh tim observasi, bahkan mereka yang berhasil pada sesi games tak mau ketinggalan untuk menjawab pertanyaan. Sesi quiz pun diakhiri begitu permen yang disediakan habis, dan setiap siswa mendapat kesempatan untu menjawab.
·         Pukul 11.00 kegiatan observasi pun diakhiri dengan sesi foto bersama dengan siswa dan guru. Dilanjutakan dengan perginya ke ruang kepala sekolah untuk dapat mengucapakan kata terima kasih kepada kepala sekolah yang bersangkutan atas kerja samanya sehingga proses observasi dapat belajalan dengan lancar.



Testimoni ketika observasi:
Anthony: Gurunya ramah sampai mengantar kami ke kelas yang diajari olehnya. Anak muridnya KAWAII semua. Waktu ku membantu Fadhil dalam memberikan arahan kepada murid terhadap gamesnya, kami mengalami kesulitan karena mereka kurang fasi
Flo:Gurunya membantu kami berkomunikasi dengan anak anak dengan bahasa mandarin. Kami butuh belajar bahasa mandarin ahahaha.
Syifa:Keaktifan anak-anak yang bersemangat ingin mendapat coklat dan permen. Padahal sebelumnya ngak bersemangat mereka. Tapi mereka tetep juga lucu.
Fadhil:Biarpun mereka awalnya bingung mengikuti saya ketika bernyanyi dan mengikuti gerakan, tetapi mereka cukup aktif. Pertama-tama waktu diarahkan mereka semua bengong.
Fajri Zahara: anak anak sangat menyenangkan dan ramah pada kami, walaupun awalnya malu malu.
Farah: anak anaknya mau diajak bekerja sama, terumata urusan foto. Mereka sangat ramah pada kami. Waktu diteriaki “Ayok foto adik-adik” wuih… langsung semua ngumpul berderet hahaha.
Larasati: Wes keren lah anak-anak sutomo ini, walau kurang bisa bahasa Indonesia cuman pemantapan bahasa inggris, mandarin, dan cina mereka keren. Salut dah ama mereka.


Testimoni Perkuliahan Psikologi Pendidikan

       Menurut saya, mata kuliah ini sangat bermanfaat untuk dipelajari. Mata kuliah Psikologi Pendidikan ini cukup menarik karna saya dapat mengenal beberapa kasus dalam pendidikan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Namun saya lebih suka lebih suka belajar melalui slide presentasi atau ppt daripada melalui buku karena bukunya sangat tebal dan sedikit membosankan. Momen yang membuat saya sangat antusia dalam mata kuliah ini adalah disaat saya dan teman-teman melakukan suatu observasi di sebuah TK. 

Sabtu, 08 April 2017

PSIKOLOGI dan TAHAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

Teori Perkembangan Kognitif,

Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1.     Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2.     Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3.     Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.     Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5.     Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6.     Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap bahwa cangkir yang pendek tapi lebar memiliki isi lebih sedikit dibanding cangkir yang tinggi tapi ramping.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat .
Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya.Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut:
·         Kematangan fisik
·          Tuntutan masyarakat secara cultural
·         Tuntutan dan dorongan dari individu itu sendiri
·         Tuntutan norma agama
Tugas-tugas perkembangan bagi setiap fase perkembangan dalam rentang kehidupan individu dapat diuraikan sebagai berikut:
A.    Tugas Perkembangan usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun)
1.      Belajar berjalan
2.      Belajar memakan makanan padat
3.      Belajar berbicara
4.      Belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet training)
5.      Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6.      Mencapai kestabilan jasmani fisiologis
7.      Belajar memahami konsep-konsep sederhana tentang kehidupan sosial dan alam.
8.      Belajar melakukan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang lain
9.      Belajar mengenal konsep baik dan buruk
10.  Mengenal konsep, norma atau ajaran agama secara sederhana
B.     Tugas Perkembangan usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
1.      Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan 
2.      Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri)
3.      Belajar bergaul dengan teman sebayanya
4.      Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
5.      Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6.      Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.
7.      Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-buruk)
8.      Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri)
9.      Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial.
10.  Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
C.     Tugas Perkembangan usia remaja (13-19 tahun)
1.      Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2.      Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas 
3.      Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
4.      Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar
5.      Menemukan manusi model yang dijadikan pusat identifikasinya.
6.      Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
7.      Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip dan falsafah hidup.
8.      Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan
9.      Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
10.  Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga Negara.
11.  Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan)
12.  Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.
13.  Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
D.    Tugas Perkembangan usia dewasa awal (20-40 tahun)
1.    Mengembangkan sikap, wawasan dan pengalaman nilai-nilai (ajaran) agama.
2.    Memperoleh atau mulai memasuki pekerjaan
3.    Memilih pasangan
4.    Mulai memasuki pernikahan dan hidup berkeluarga
5.    Mengasuh, merawat dan mendidik anak.
6.    Memperoleh hidup rumah tangga
7.    Memperoleh kemampuan dan kematangan karir
8.    Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat
9.    Mencari kelompok sosial (kolega) yang menyenangkan.
E.     Tugas Perkembangan usia dewasa madya (40-60 tahun)
1.    Memantapkan pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama
2.    Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
3.    Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
4.    Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan dan fungsi)
5.    Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
6.    Mencapai dan menpertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
7.    Memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa, baik di lingkungan kerja maupun masyarakat.
F.      Tugas Perkembangan usia dewasa akhir (60 tahun - mati)
1.    Lebih memantapkan diri dalam mengamalkan ajaran agama
2.    Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan dan kesehatan fisik
3.    Dapat menyesuaikan diri dengan masa pensiun (jika pegawai negeri) dan berkurangnya “income”, penghasilan keluarga.
4.    Dapat menyesuaikan diri dengan kematian pasangan 
5.    Membentuk hubungan orang lain yang seusianya 
6.    Memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga (istri, anak, menantu, cucu dan saudara)
Dengan mengetahui secara garis besar tugas-tugas perkembangan di atas, kita dapat menyusun program-program pembelajaran non formal untuk membantu mengasah ketrampilan dan bakat individu sehingga tugas-tugas perkembangannya dapat dikuasai dan diselesaikan tepat waktu.
Sejak tahap perkembangan masa bayi, individu dapat diberikan pendidikan non formal sesuai dengan kebutuhannya untuk membantu menguasai tugas-tugas perkembangan.Penting juga diketahui bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk menguasai dan menyelesaikannya.

Sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif#Periode_sensorimotor , http://tyantohimakata.blogspot.co.id/2012/04/makalah-psikologi-pendidikan.html